Garut News ( Sabtu, 16/7 ).
Domba Garut (Aries Ovis) spisies plasmanuftah terlangka di dunia, “Tandang di Lapang, Gandang di Lapang, Indah Dipandang serta Enak Dipanggang”, bisa dijadikan situs warisan dunia, melalui United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Maupun Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB, merupakan badan khusus PBB yang didirikan pada 1945, sehingga Domba Garut pun mendesak segera memiliki “Hak Kekayaan Intelektual” (HAKI).
Sehingga dapat menjadi “Domba Garut Domba Indonesia, Serta Domba Indonesia Domba Garut”, tegas Kerua Umum “Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia” (HPDKI) Kabupaten Garut, H. Deden Rochim kepada Garut News, Sabtu.
Menyusul proyek yang disponsori UNESCO, antara lain termasuk promosi keragaman budaya; kerja sama persetujuan internasional untuk mengamankan “warisan budaya” dan alam, serta memelihara HAM; dan mencoba untuk memperbaiki perbedaan digital dunia.
Deden Rochim, yang ditemui pada gelaran kontes kreasi seni Laga Domba Garut Unggulan, di Arena lapang Rancabango Kecamatan Tarogong Kaler, juga mengemukakan seluruh jajaran HPDKI, bertekad segera memproses HAKI Domba Garut.
Antara lain, akan mengajak berbagai komponen dan elemen masyarakat termasuk unsur pemerintahan, agar keunggulan Domba Garut bisa secepatnya mendapat pengakuan masyarakat dunia, katanya.
Pengurus HPDI lainnya, Uu Harianto saat ditemui terpisah kepada Garut News, menyatakan, Domba Garut pun tidak bisa disebut Domba Priangan, namun tetap Domba Garut, meski Priangan merupakan wilayah Provinsi Jawa Barat.
Atraksi ketangkasan Domba Garut di Rancabango, diikuti sekitar 106 ekor Domba Garut, yang antara lain berdatangan dari Sukabumi, Bandung, Paseh Majalaya juga dari sejumlah wilayah kecamatan di Kabupaten Garut, berlangsung hingga Ahad (17/7).
Demikian diungkapkan peternak Domba Garut asal Kecamatan Cikajang, Wawan Gunawan(57), yang mengaku sejak menamatkan Sekolah Dasar (SD) beternak serta memelihara Domba Garut, katanya.
Dia katakan, kini memiliki enam ekor Domba Garut mulai yang bernilai Rp2 juta hingga Rp8 juta, usianya berkisar dua hingga 2,5 tahun.
“Klasifikasi Domba Garut”
Domba Garut sebagai domba tangkas atau domba laga terbagi atas kelas, terdiri Kelompok kelas A dengan berat badan 60 – 80 kg ; Kelompok kelas B dengan berat badan 40 – 59 kg serta Kelompok kelas C dengan berat badan 25 – 39 kg.
Demikian pula pukulan-pukulannya, dibatasi menurut pembagian kelas masing-masing, kelas A sebanyak 25 pukulan, kelas B (20 pukulan) dan kelas C sebanyak 15 pukulan.
Berdasarkan pengalaman peternak merawat tanduk domba, diantaranya agar tanduk berwarna hitam mengkilap, biasanya digosok dengan kemiri; membentuk tanduk simetris, dipanaskan dahulu kemudian diurut sambil dibentuk.
Kemudian melatih kekuatan, keindahan tanduk diberi latihan beradu ketangkasan seminggu sekali , rambut/bulu di sekitar tanduk dibersihkan, pencukuran bulu dilakukan rutin serta dibentuk supaya kelihatan gagah.
Menurut kalangan ilmuwan, diantaranya Prof Didi Atmadilaga dan Prof Asikin Natasasmita, Domba Garut merupakan hasil persilangan antara domba lokal, Domba Ekor Gemuk serta Domba Merino, yang dibentuk sekitar pertengahan abad ke-19 (±1854).
Dirintis Adipati Limbangan Garut, sekitar 70 tahun kemudian atau 1926, Domba Garut menunjukan keseragaman bentuk tubu hampir sama dengan domba local, dan bentuk tanduk yang besar melingkar diturunkan dari Domba Merino, meski Domba Merino tidak memiliki “insting” beradu.
Berat badan domba Garut bisa mencapai 40 hingga 80 kg, selain memilki keistimewaan juga sebagai penghasil daging yang sangat baik, dalam upaya meningkatkan produksi ternak domba.
Domba Garut tergolong jenis domba terbaik, bahkan dalam perdagangannya paling cocok serta menarik sehingga bernilai ekonomi tinggi.
Domba Garut sesuai namanya, berasal dari Kabupaten Garut, tepatnya di Kecamatan Balubur Limbangan, kemudian berkembang dan menyebar ke seluruh pelosok Jawa Barat khususnya bahkan Indonesia umumnya.
Bentuk umum Domba Garut, tubuhnya relatif besar berbentuk persegi panjang, bulunya panjang dan kasar, tanduk jantan besar dan kuat serta kekar.
Keistimewaan dengan tanduk besar melingkar ke belakang dan bervariasi, badan padat, agresivitasnya tinggi sehingga memiliki temperamen yang indah dan unik.
Ciri khasnya, pangkal ekornya kelihatan agak lebar dengan ujung runcing dan pendek, dahi sedikit lebar, kepala pendek dan profil sedikit cembung, mata kecil, tanduk besar dan melingkar ke belakang.
Sedangkan yang betina tidak bertanduk, telinga bervariasi dari yang pendek (ngadaun hiris) sampai yang panjang dan memiliki warna bulu yang beraneka ragam.
Domba Garut banyak dijumpai memiliki daun telinga rumpung, sedangkan yang memiliki daun telinga panjang dikenal dengan domba “BONGKOR”.
“Istilah Khusus Domba Garut”
Adeg-adeg : kesesuaian postur tubuh mulai dari badan sampai kaki atau bentuk umum performa fisik, yang dinilai dari fostur (kekokohan badan, leher dan kepala), jingjingan (bentuk, ukuran dan letak tanduk), ules (bentuk di raut muka).
Baracak : Kombinasi warna kulit domba dengan dominasi hitam atau abu-abu dan bercak-bercak kecil putih, yang tidak teratur pada sekujur atau sebagian tubuhnya, sedangkan Baralak jenis bulu domba, yang mirip dengan bercak berukuran lebih besar.
Catur Bangga Domba Garut, (1). Ules Beungeut : Kasep, ngamenak dan ngaules, (2). Mata: Kupa, (3). Telinga : Rumpung, rumpung sapotong, ngadaun hiris dan ngadaun nangka saeutik, (4). Tanduk : Nagbendo, golong tambang, setengah gayor, gayor, leang-leang sogong.
(5). Kualitas Tanduk : Poslen, waja, beusi, gebog, (6). Warna Bulu : Sambung, riben sebak, belang sapi, macan, jog-jog, laken, baracak, monyet, kunyuk, Lunglum, perak, bodas apu, jogja dan riben mencenges, (7). Ekor : Ngabuntut beurit, ngabuntut bagong dan ngadaun waru.
Selain itu, (8). Kanjut/ Scrotum : Laer, ngarandu dan ngajantung serta (9). Kaki : Mancuh, kuda, regang waru, meureup ucing. ***(John Doddy Hidayat).
0 Comments:
Post a Comment
leave comment for this article...